Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD)

Pendidikan anak usia dini (PAUD) adalah jenjang pendidikan sebelum akan jenjang pendidikan dasar yang merupakan suatu upaya pembinaan yang ditujukan bagi anak sejak lahir hingga bersama usia enam th. yang dikerjakan melalui pertolongan rangsangan pendidikan untuk menopang perkembangan dan perkembangan jasmani dan rohani supaya anak memiliki kesiapan dalam memasuki pendidikan lebih lanjut, yang diadakan pada jalur formal, nonformal, dan informal.[1]

Pendidikan anak usia dini merupakan keliru satu wujud penyelenggaraan pendidikan yang menitikberatkan pada peletakan dasar ke arah perkembangan dan 6 (enam) perkembangan: agama dan moral, fisik motorik, kognitif, bahasa, sosial-emosional, dan seni, sesuai bersama keunikan dan tahap-tahap perkembangan sesuai kelompok usia yang dilewati oleh anak usia dini seperti yang dicantumkan dalam Permendikbud 137 th. 2014 perihal Standar Nasional PAUD (menggantikan Permendiknas 58 th. 2009).

Ada dua tujuan diselenggarakannya pendidikan anak usia dini, yaitu:

Tujuan utama: untuk membentuk anak Indonesia yang berkualitas, yaitu anak yang tumbuh dan berkembang sesuai bersama tingkat perkembangannya supaya memiliki kesiapan yang optimal di dalam memasuki pendidikan dasar serta mengarungi kehidupan pada masa dewasa.

Tujuan penyerta: untuk menopang menyiapkan anak meraih kesiapan studi (akademik) di sekolah, supaya dapat kurangi usia putus sekolah dan dapat beradu secara sehat di jenjang pendidikan berikutnya.[2]
Rentangan anak usia dini menurut Pasal 28 UU Sisdiknas No.20/2003 ayat 1 adalah 0-6 tahun. Sementara menurut kajian rumpun keilmuan PAUD dan penyelenggaraannya di beberapa negara, PAUD dikerjakan sejak usia 0-8 th. (masa emas).

Ruang lingkup Pendidikan Anak Usia Dini, di antaranya: bayi (0-1 tahun), balita (2-3 tahun), kelompok bermain (3-6 tahun), dan sekolah dasar kelas awal (6-8 tahun).

Perkembangan anak usia dini

Perkembangan anak umur dini meliputi perkembangan fisik, motorik, kognitif, bahasa, emosi, dan sosial. Perkembangan tiap-tiap anak tidak sama terkait lingkungan tempat anak tinggal dan pengasuhan orang tua.[3]

Model Pengembangan Aspek Perkembangan Anak Usia Dini Aspek perkembangan Anak Usia Dini secara lazim terdiri dari 2 segi yaitu perkembangan cii-ciri dan perkembangan kekuatan dasar. Perkembangan Perilaku terdiri dari perkemabangan Nilai Agama dan Moral (NAM) dan juga Perkembangan sosio-emosional Anak (Sosem) Sedangkan terhadap perkembangan kekuatan dasar anak terdiri dari: perkembangan motorik, perkembangan kognitif, perkembangan bahasa, dan perkembangan seni.Pengembangan keenam segi berikut jadi acuan utama guru dalam mempersiapkan pembelajaran yang mampu menaikkan seluruh kekuatan dan kreativitas anak sesuai bersama dengan step perkembangannya.

  1. Model Pengembangan Nilai Agama dan Moral Anak Usia Dini Metode dalam penanaman nilai moral kepada anak umur dini sangatlah bervariasi, diantaranya bercerita, bernyanyi, bermain, bersajak dan karya wisata.
  2. Model Pengembangan Sosio Emosional Anak Usia Dini Pembelajaran

Sosial emosional terhadap anak penting dikembangkan, dikarenakan terdapat lebih dari satu perihal mendasar yang mendorong untuk mempersiapkan anak hadapi kehidupan yang bakal datang. Beberapa alasan berikut diantaranya:

a. Semakin kompleknya masalah kehidupan di sekitar anak, termasuk di dalamnya perkembangan IPTEK yang banyak memberikan tekanan terhadap anak, dan mempengaruhi perkembangan emosi maupun sosial mereka.

b. Penanaman kesadaran bahwa anak adalah investasi masa depan yang harus dipersiapkan secara maksimal, baik segi perkembangan emosi maupun keterampilan sosialnya

c. Rentang umur emas tidaklah lama, maka diperlukan stimulasi dan fisilitas se optimal barangkali agar tidak ada satu fasepun yang terlewatkan

d. Anak tidak mampu hidup dan berkembang bersama dengan IQ semata namun EQ jauh lebih diperlukan sebagai bekal kehidupan mereka

e. Telah tumbuh kesadaran terhadap tiap-tiap anak dan orang tua, tetantang tuntutan untuk dibekali dan punyai kecerdasan sosial emosional sejak dini Indikator kualitas emosional berikut meliputi; kualitas empati, kualitas dalam mengungkap dan menyadari perasaan, mengalokasikan rasa marah, kemandirian, kekuatan sesuaikan diri, disukai atau tidak, kekuatan memecahkan persoalan antar pribadi, ketekunan dan kualitas kesetiakawanan.

  1. Model Pengembangan Kognitif Anak Usia Dini

Vigotsky menyampaikan bahwa manusia dilahirkan bersama dengan seperangkat faedah kognitif dasar yaitu kekuatan memperhatikan, mengamati dan mengingat. Untuk mendukung pengembangan kognitif, anak harus dibekai bersama dengan pengalaman belajar yang dirancang melalui kegiatan mengobservasi dan mendengarkan bersama dengan tepat. Macam-macam metode yang mampu digunakan untuk pengembangan kognitif anak umur dini diantaranya: Metode Bermain, Metode Pemberian Tugas, Metode Demontrasi, Metode tanya jawab/bercakap-cakap, Metode Mengucapkan syair, Metode Percobaan/Eksperimen, Metode Bercerita, Metode Karyawisata, Metode Dramatisasi, dan sebagainya.

  1. Model Pengembangan Motorik Anak Usia Dini Aspek perkembangan motorik anak umur dini terdiri dari motorik halus dan kasar yang punyai cara pengembangannya masing-masing.

a. Perkembangan Motorik Halus

Perkembangan motorik halus merupakan perkembangan otot halus dan fungsinya. Otot ini berguna untuk melaksanakan gerakan-gerakan bagian tubuh yang lebih spesifik; layaknya menulis, melipat, merangkai, mengancingkan baju, menggunting dan sebagainya.

b. Perkembangan Motorik Kasar

Banyak perihal yang mampu dilaksanakan untuk mendukung memaksimalkan perkembangan motorik kasar anak, sejumlah kegiatan atau permainan beserta alat permainan mendidik mampu digunakan untuk mengembangkan motorik kasar anak. Keterampilan memanfaatkan gerakan gerakan bagian tubuh untuk melatih ketangkasan merupakan bagian dari pengembangan motorik kasar. Banyak alat-alat main yang sederhana dan gampang ditemukan dan juga mampu digunakan untuk memaksimalkan pengembangan motorik kasar ini, layaknya titian untuk meniti sambil mata menyaksikan lurus ke depan, bola sebagai media permainan lempar tangkap bola, anak-anak mampu memanfaatkan bola berikut untuk dilempar dan ditangkap, dan lain sebagainya.

  1. Model Pengembangan Bahasa Anak Usia Dini

Untuk mengembangkan kekuatan bahasa terhadap anak umur dini mampu dilaksanakan melalui berbagam metode seperti: Metode Berkisah/Mendongeng/Bercerita, Metode Bercakap-cakap dan Tanya Jawab, Metode Karyawisata, Metode Bermain Peran, Metode Sosiodrama, Metode Bernyanyi, Permainan Bahasa, Penggunaan Media Pembelajaran.

  1. Model Pengembangan Seni Anak Usia Dini Beberapa metode yang mampu diterapkan dalam mengembangkan seni AUD diantaranya adalah:

a. Metode Pembinaan Ekspresi, pembinaan sistem pengungkapan mengenai isi jiwa. Pembinaan ekspresi bersifat pikiran, perasaan, ataupun kemauan bersama dengan cara-cara anak itu sendiri (Self Expression, menurut Lowenfeld). Pembinaan ekspresi mampu dilaksanakan melalui bantuan stimulus agar anak aktik mengungkap isi jiwa bersama dengan baik dan pendekatan segera terhadap alam dan momen diuar kelas layaknya mengamati macar tekstur, aroma dan sebagainya.

b. Metode Pembinaan Kreativitas, pembinaan kreativitas adalah pembinaan dalam perihal kekuatan mencipta, menanggapi persoalan, gampang menyesaikan diri disetiap situasi, punyai keaslian (orisinilitas maupun kepribadian) dan juga punyai kekuatan berpikir secara menyeluruh.

c. Metode Pembinaan Sensitivitas, yaitu pembinaan dalam perihal kepekaan terima stimulus/rangsangan dari luar yang diserap melalui panca indera. Cara membina Sensitivitas mampu ditempuh melalui:latihan melihat/mengamati sesuatu; latihan merespon pengalaman sensori.

d. Metode Pembinaan Keterampilan, yaitu pembinaan terhadap segala macam teknik pemakaian dan juga pengenalan alat-alat atau media ungkap seni rupa. Misalnya: Anak berlatih teknik melukis bersama dengan kuas yang memanfaatkan media cat air.

Tinggalkan komentar

%d blogger menyukai ini: