Dampak Kurang Vitamin A
Kurang vitamin A (KVA) merupakan masalah gizi utama yang tetap berlangsung di Indonesia dengan beberapa syarat serum retinol darah < 20 µg/dL atau < 0,7 µmol/L. Masalah kekurangan vitamin A tingkat berat layaknya xeroftalmia telah jarang terjadi, KVA tingkat subklinis atau tingkatan yang belum menampakkan gejala nyata tetap menimpa masyarakat khususnya grup balita.
Vitamin A memilki manfaat penting didalam faedah normal sistem kekebalan tubuh. Oleh sebab itu terhadap sementara berlangsung defisiensi vitamin A imunitas dapat terganggu, akibatnya infeksi penyakit dapat meningkat. Kekurangan vitamin A meningkatkan efek anak terhadap penyakit infeksi layaknya penyakit saluran pernafasan dan diare, meningkatkan angka kematian sebab campak, serta membuat keterlambatan pertumbuhan, dan yang paling merisaukan merupakan risiko tinggi terjadinya xerophthalmia dan kebutaan.

Faktor Risiko KVA
Kelompok yang paling rentan terhadap kekurangan vitamin A yaitu bayi, anak-anak prasekolah, dan wanita hamil. Penyebab utama berasal dari kurang vitamin A adalah asupan makanan yang tidak memadai. Hal berikut disebabkan oleh beberapa aspek risiko utama yaitu kekurangan gizi dan adanya infeksi. Malnutrisi mencakup defisit di dalam asupan makanan kaya vitamin A, serta mengonsumsi makanan yang punya kandungan zat gizi penting untuk penyerapannya. Asupan makanan terpengaruh oleh aspek budaya, seperti kebiasaan makan, preferensi individu, dan keluarga, tak hanya itu aspek sosial ekonomi pengaruhi kapasitas untuk pilih dan belanja makanan.2
Penelitian yang dilaksanakan terhadap wanita hamil di China, menunjukkan bahwa usia kehamilan terhadap trimester dua dan tiga lebih berpeluang mengalami KVA. Dalam penelitian tersebut, serum retinol mengalami penurunan secara signifikan kira-kira 13% berasal dari trimester pertama ke trimester ketiga. Hal ini menunjukkan bahwa tambah meningkatnya usia kehamilan serum retinol mengalami penurunan namun volume plasma mengalami peningkatan.3
Penelitian lain mengenai aspek risiko terjadinya KVA dilaksanakan terhadap wanita postpartum, wanita postpartum yang selama kehamilannya tidak mengonsumsi suplementasi multivitamin mempunyai tingkat vitamin A di dalam serum dan kolostrum yang lebih rendah dibandingkan bersama wanita postpartum yang mengonsumsi suplemen multivitamin selama kehamilan. Hal ini disebabkan rendahnya penghasilan wanita postpartum yang mampu pengaruhi kapabilitas untuk belanja multivitamin.4
Penanggulangan KVA
Pemerintah udah melakukan berbagai upaya untuk menanggulangan masalah KVA, seperti :
Pemberian Program Makanan Tambahan Pemulihan (PMT-P)
PMT Pemulihan bagi anak usia 6-59 bulan bertujuan sebagai tambahan, bukan sebagai pengganti makanan utama sehari-hari. PMT Pemulihan dimaksud berbasis bahan makanan lokal bersama menu khas area yang sesuai bersama kondisi setempat. Tiap 100 gram PMT mengandung 450 kalori, 14 gram lemak, 9 gram protein, dan 71 gram karbohidrat.
Pemerintah memberi tambahan PMT pada balita berupa biskuit. PMT Balita mengandung 10 vitamin (vitamin A, B1, B2, B3, B6, B9, B12, D, E, K) dan 7 mineral (besi, zink, fosfor, selenium, dan kalsium). Setiap bungkus PMT Balita terdiri berasal dari 12 keping biskuit atau 540 kalori (45 kalori per biskuit). Usia 6-11 bulan diberikan 8 keping per hari sepanjang 1 bulan dan usia 12-59 bulan diberikan 12 keping per hari sepanjang 1 bulan. Bila berat badan udah sesuai, dukungan PMT Balita dihentikan dan untuk sesudah itu mengkonsumsi makanan keluarga gizi simbang.5
Fortifikasi pada beberapa produk pangan yang bisa dijangkau oleh seluruh susunan masyarakat
Fortifikasi merupakan penambahan satu atau lebih zat gizi mikro tertentu pada pangan pembawa (vehicle) bersama persentase yang sesuai keperluan bersama obyek untuk memperbaiki status gizi masyarakat. Tidak seluruh bahan makanan bisa difortifikasi bersama vitamin A. Beberapa tipe bahan makanan sehari-hari yang bisa difortifikasi bersama vitamin A, adalah : Minyak Goreng, Tepung Terigu, Gula, Margarin/Mentega dan Susu. Untuk Indonesia bersama alasan tertentu waktu ini, Pemerintah sesuaikan hanya minyak goreng sawit (MGS) yang direkomendasi untuk difortifikasi bersama vitamin A.6
Pemberian kapsul vitamin A
Pemberian kapsul vitamin A diberikan kepada bayi, anak balita, dan ibu nifas untuk mengurangi risiko kesakitan dan kematian pada balita bersama kekurangan vitamin A.
Suplementasi Vitamin A
Menurut Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 21 Tahun 2015 tentang Standar Kapsul Vitamin A bagi Bayi, anak Balita, dan Ibu Nifas, kapsul vitamin A merupakan kapsul lunak dengan ujung (nipple) yang dapat digunting, tidak transparan (opaque), dan mudah untuk dikonsumsi, termasuk masuk ke dalam mulut balita. Kapsul vitamin A diberikan kepada bayi, anak balita, dan ibu nifas.7
Berdasarkan profil Kesehatan Indonesia tahun 2019, Yogyakarta merupakan provinsi tertinggi untuk cakupan pemberian vitamin A pada bayi dan balita (100%) dan Papua paling rendah (32%), namun untuk provinsi Maluku Utara dan Papua Barat belum tersedia data cakupan vitamin A. Agar cakupan pemberian vitamin A pada bayi dan balita serta ibu nifas terpenuhi, beberapa hal berikut perlu diperhatikan : 8
- Peningkatan upaya komunikasi, informasi, dan edukasi (KIE) gizi yang bersifat masal. Artinya masyarakat harus diarahkan untuk mengetahui, memahami, sampai akhirnya berperilaku mendukung program suplementasi vitamin A. Jalur dan media yang dipakai hendaknya juga lebih inovatif dan bervariasi.
- Konseling gizi di berbagai instansi terhadap sasaran ibu anak
- Pembangunan infrastruktur, termasuk sarana pelayanan kesehatan yang terjangkau
- Dukungan lintas program, bahkan lintas sektor
- Perlunya sweeping dari kader kesehatan dengan sasaran ibu dan anak yang belum mendapat kapsul vitamin A pada bulan pemberian kapsul vitamin A
Referensi
- https://ahligizi.id/blog/2020/08/11/suplementasi-vitamin-a/
Leave a Reply